04 Oktober 2025
Headline News

Mengungkap Monumen Sejarah Tugu Perjuangan Rakyat Majalengka

Setelah Presiden Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 atau 74 tahun yang lalu. Ternyata Belanda masih berambisi ingin kembali menguasai tanah air.Pecahlah pertempuran di berbagai penjuru tanah air, termasuk di Majalengka.

Mungkin bagi sebagian besar warga Majalengka tidak mengetahui jika perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, dari tangan Belanda. Para pahlawan yang dikenal hingga saat ini hanya nama KH.Abdul Halim sebagai Pahlawan Nasional yang juga pendiri ormas Persatuan Umat Islam (PUI).

Padahal di samping itu ada deretan nama pahlawan lainnya yang telah berkorban jiwa dan raga sepertihalnya Tubagus Bagus Rangin dari Jatitujuh dan Letnan Emen Slamet serta para pahlawan lainnya yang luput dari pengetahuaan.

Bagi siapapun yang melintas di ruas jalan Cikijing-Bandung atau tepatnya di tanjakan Kawungluwuk Desa Kawunghilir Kecamatan/Kabupaten Majalengka akan melihat sebuah tugu pahlawan.

Dalam tugu itu ada patung pejuang dengan semangat patriotisme dan nasionalisme tengah mengepalkan senjata dan bendera merah putih dengan gagah berani. Mungkin siapapun orangnya yang tidak mengetahui akan bertanya-tanya, tugu apa yang dibangun di atas bukit, dengan dikelilingi pepohonan yang lebat. Bahkan dari ketinggian itu terlihat jelas keberadaan Kota Majalengka yang berada di dataran rendah, dengan adanya Masjid Agung Al-Imam.

Ternyata tugu itu merupakan saksi sejarah pertempuran antara pejuang dalam bertempur dengan Belanda. Monumen Perjuangan Pasukan Sindangkasih itu untuk mengenang, bahwa di sana telah terjadi perang di Majalengka sekitar tahun 1947.

Di dalam badan monumen tugu itu tertulis prasasti "Tanggal 17 November 1987 telah diresmikan Monumen Perjuangan Pasukan Sindangkasih (KI.IV BAT.I Brig XIII Divisi IV Siliwangi) yang melambangkan kepahlawanan perjuangan Pasukan Sindangkasih selama Gerilya Perang Kemerdekaan sampai Perang Kemerdekaan II Juli 1947 sampai dengan Desember 1949 di daerah Majalengka dan sekitarnya. Dalam prasasti itu ditanda-tangani atas nama Warga Pasukan Sindangkasih Ketua Pembina Kolonel Inf (Purn) H. Djohari Cherman Effendi.

Menurut Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad Nina Lubis dalam buku "Sejarah Majalengka" yang diterbitkan Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia (YMSI) terbitan tahun 2012. Ia mengatakan, pertempuran di daerah Kawungluwuk Desa Kawunghilir di sekitar monumen Sindangkasih sekarang, itu merupakan perlawanan rakyat Majalengka terhadap pasukan Belanda yang akan memperluas kekuasaannya di seluruh pelosok Majalengka.

Dijelaskan dia, setelah Belanda menguasai Majalengka, Pasukan Belanda melakukan operasi militer pada tahun 1947 ke seluruh pelosok Majalengka termasuk wilayah Talaga. Namun ketika satu regu pasukan Belanda sedang patroli ke daerah Kawungluwuk Desa Kawunghilir, Pasukan Abdul Gani dan Affandi (Kepala BKR Majalengka) melakukan penghadangan sehingga terjadilah pertempuran berdarah-darah di tempat yang sekarang dibangun Monumen Perjuangan Pasukan Sindangkasih.

Kini nama pemimpin pertempuran tersebut Abdul Gani dijadikan nama jalan di pusat kota Majalengka tepat di belakang pendopo Kantor Bupati Majalengka menggantikan nama Jalan Sukarame. Sedangkan Affandi Kepala tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang legendaris dikenal kegigihannya melawan penjajah Belanda dan mitosnya Affandi kebal terhadap peluru dan senjata tajam namun nama Affandi tidak terdengar.

Nama Letnan Emen Slamet pun turut andil dalam pertempuran sengit itu, sehingga namanya diabadikan di Kota Majalengka dengan Jl. Emen Slamet untuk mengenang jasa-jasanya dalam mendepak Belanda di tanah Sindang Kasih Sugih Mukti Majalengka Bagja Raharja.(dikutip dari berbagai sumber).

Facebook