04 Oktober 2025
Headline News

Barokah Sang Guru, Akang Muhamad Bangun Pesantren Besar

Pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin Cirebon, Almagfurlah KH Muhamad merupakan ulama besar yang dikenal sangat alim dan tawadhu.

Bahkan Akang begitu akrab disapa, selama hidupnya dikenal sebagai figur yang bijaksana, cerdas, sederhana, ulet, namun tegas dalam keputusan.

Melalui tangan dinginnya, pesantren yang dirintisnya kini berkembang pesat dan dikenal di seluruh penjuru tanah air.

Akang, lahir pada 15 Juni 1947 di Blok Karang Anyar, Desa Winduhaji Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Almagfurlah merupakan anak dari pasangan H. Aminta dan Hj. Tsani Rohimahumallah.

Di usia 10 tahun, akang mulai mengaji kepada Kiai Samud, di tanah kelahirannya di Kuningan. Ketika menginjak remaja, timbul keinginannya mengenyam ilmu agama di luar kota. Tujuannya untuk memperdalam ilmu agama. Cita cita mulia tersebut disampaikan kepada gurunya.

Dari hasil musyawarah bersama orang tua akang, Kiai Samud merekomendasikan Pondok Roudhatut Tholibin (Pondok Gede) Babakan Ciwaringin Cirebon tempat menimba ilmu agama. Kala itu diasuh Almagfurlah KH. Amin Sepuh dan Almagfurlah KH Muhamad Sanusi yang kebetulan sama seperti akang berasal dari Desa Winduhaji.

Ketika menuntut ilmu di pesantren, selain bersungguh-sungguh, akang dikenal santri yang menghormati dan menjungjung tinggi gurunya (ngalap barokah). Bahkan jiwa dan raganya, sepenuhnya untuk mendarmabaktikan kepada sang kiai, baik di pesantren maupun di dalam kehidupan keluarga Mbah Kiai Sanusi.

Atas sikap dan ketulusannya itu, membuat mbah Kiai Sanusi kagum dan jatuh hati. Baru sekitar tahun 1973, akang diamanahi sebagai kepala pondok At-Taqwa, sekaligus dinikahkan dengan Nyai Nadziroh, keponakan Kiai Sanusi.

Satu tahun kemudian, ketika menjalankan titah guru di pesantren, guru yang dikaguminnya, Mbah Kiai Sanusi wafat. Sepeninggal gurunya, Akang dipercaya meneruskan perjuangan dan pengabdian sang guru untuk mengajar ilmu agama di pesantren. Seiring berjalannya waktu, suka dan duka pun dialaminnya.

Bangun Pesantren

Atas saran keluarga besar Mbah Kiai Sanusi, akan disarankan merintis dan mendirikan Pondok Kebon Melati. Jumlah santrinya kala itu sekitar 20 orang dan mayoritas usia santrinya hampir seusiaan akang.

Lambat laun seiring berjalannya waktu di bawah kepemimpinan akang, pesantren yang dirintisnya mengalami kemajuan yang pesat. Setiap tahun jumlah santri melati terus bertambah. Hingga pertengahan tahun 1990-an, jumlah santri tembus di angka 100 ribu orang.

Namun di tengah kebahagiaan itu, sekitar tahun 1992, duka kembali menyelimuti akang. Diimana isteri tercintanya Nyai Nadziroh berpulang. Almarhum meninggalkan 6 orang anak. Yakni Mariyatul Qibtiyah, KH. Asror Muhamad, Siti Aisyah, Hj. Siti Maryam, Hasan Rahmat dan Siti Fatimah (Alm).

Alhmadulillah berkat kasih sayang dan ridho Allah SWT, akang menemukan jodohnya kembali. Pada tahun 1993 Akang menikahi Nyai. Hj.Masriyah Amva yang merupakan seorang puteri seorang kiai besar di Ponpest Babakan yaitu KH. Amrin Hanan.

Bersama Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva akang terus mengasuh para santri dan mengembangkan pesantren. Hingga akhirnya santrinya kian membludak berjumlah 925 orang.

Kondisi ini menjadi masalah baru, karena daya tampung pesantren tak berbanding lurus dengan jumlah santrinya. Sehingga diperlukan sarana dan prasana untuk menunjang kegiatan pesantren.

Baru pada tanggal 7 Nopember 1993, Akang bersama istri serta para santri memilih hizrah dan membangun pesantren yang tanah lokasinya itumbuhi pohon jambu. Akhirnya diberi nama Pondok Kebon Jambu.

Di tengah aktivitasnya kesehariaanya mengajar ngaji bagi ratusan santrinya, ternyata akang jatuh sakit. Namun hebatnya akang tak mengeluhkan penyakit yang dideritanya. Baru pada tahun 2006 akang wafat.

Sejak itulah, tampuk kepemimpinan di nahkodai istrinya Nyai Hj. Masriyah Amva. Agar pesantren bisa terus berjalan dibentuklah Dewan Pengasuh yang dipimin oleh KH. Asror Muhamad (putra ke-2) dan beranggotakan K. Syafi’i Atsmari (menantu).

Lalu K.Syamsul Ma’arif (menantu) dan K. Muhyiddin untuk melanjutkan estafet kepemimpinan pesantren dengan dibantu MPP (Majlis Pembimbing Pesantren). Ini hanya beranggotakan para alumni yang tinggal di sekitar pesantren. ***

Facebook